Senjaku yang Hilang
Untukmu..
Barangkali aku tak akan pernah lupa tentang senja yang indah dengan langitnya yang kemerahan. Seperti pula kobaran rindu darimu yang tak pernah sampai untukku.
Mungkin juga kau benar, tentang senja yang tak abadi. Senja yang dalam lamunan akan segera menjadi malam. Malam yang kan menenggelamkanku pada mimpi tentangmu. Tentang cinta yang sejatinya hanya ada dalam genggamku.
Kau selalu menyeretku dalam malam-malammu, memberi seutas senyum yang manis, semanis wajahmu. Ah, mereguk teh manis saja masih kalah dengan manisnya wajahmu. Aku hanya mengikutimu berharap kau akan menerima kilauan senja yang kugenggam dan memasangnya kembali pada bingkai hatimu.
Pernahkah kau ingat bagaimana aku tersakiti karena senja yang pernah kau bawa itu terjatuh? Atau..kau jatuhkan? Tak sedikitpun aku menerkanya, aku tak punya nyali. Membayangkan kau meninggalkan senja itu di atas tempat tidurmu pun aku sudah takut.
Namun, senja tetaplah senja, ia pasti akan beringsut meninggalkanku pada kelamnya malam. Menyisakan sedikit luka dan semburat merahnya. Akankah engkau tahu kekasih...rinduku melebihi senja, ia bahkan lebih bergejolak dari warna kemerahan itu.
Aku tahu, langkahmu semakin jauh kasih, kau tak peduli betapa pun aku menggenggam senja ini dengan erat. Senja yang kini tak lagi kemerahan, senja yang telah keunguan. Senja yang bersiap pergi berganti malam.
Lalu, bisakah kau sedikit saja melambai dalam senyummu yang khas itu sembari melihat senja yang kubawa? Sedikit saja sebelum ia menghitam. Lalu kau boleh berjalan menyusuri malam sampai kau menemukan senjamu yang lain. Senja yang lebih abadi.
Ah, tapi sekali lagi ini hanya senja yang kumiliki, bukan kau. Selamat datang malam, aku akan tidur dan mulai memeluk mimpiku lagi, barangkali disana nanti senjaku akan kutemukan, bukan lagi pada dirimu.
Kamar kost, 12 Maret 2015
Barangkali aku tak akan pernah lupa tentang senja yang indah dengan langitnya yang kemerahan. Seperti pula kobaran rindu darimu yang tak pernah sampai untukku.
Mungkin juga kau benar, tentang senja yang tak abadi. Senja yang dalam lamunan akan segera menjadi malam. Malam yang kan menenggelamkanku pada mimpi tentangmu. Tentang cinta yang sejatinya hanya ada dalam genggamku.
Kau selalu menyeretku dalam malam-malammu, memberi seutas senyum yang manis, semanis wajahmu. Ah, mereguk teh manis saja masih kalah dengan manisnya wajahmu. Aku hanya mengikutimu berharap kau akan menerima kilauan senja yang kugenggam dan memasangnya kembali pada bingkai hatimu.
Pernahkah kau ingat bagaimana aku tersakiti karena senja yang pernah kau bawa itu terjatuh? Atau..kau jatuhkan? Tak sedikitpun aku menerkanya, aku tak punya nyali. Membayangkan kau meninggalkan senja itu di atas tempat tidurmu pun aku sudah takut.
Namun, senja tetaplah senja, ia pasti akan beringsut meninggalkanku pada kelamnya malam. Menyisakan sedikit luka dan semburat merahnya. Akankah engkau tahu kekasih...rinduku melebihi senja, ia bahkan lebih bergejolak dari warna kemerahan itu.
Aku tahu, langkahmu semakin jauh kasih, kau tak peduli betapa pun aku menggenggam senja ini dengan erat. Senja yang kini tak lagi kemerahan, senja yang telah keunguan. Senja yang bersiap pergi berganti malam.
Lalu, bisakah kau sedikit saja melambai dalam senyummu yang khas itu sembari melihat senja yang kubawa? Sedikit saja sebelum ia menghitam. Lalu kau boleh berjalan menyusuri malam sampai kau menemukan senjamu yang lain. Senja yang lebih abadi.
Ah, tapi sekali lagi ini hanya senja yang kumiliki, bukan kau. Selamat datang malam, aku akan tidur dan mulai memeluk mimpiku lagi, barangkali disana nanti senjaku akan kutemukan, bukan lagi pada dirimu.
Kamar kost, 12 Maret 2015